Thursday, July 30, 2015

Tausiyah Rabu 17 Juni 2015

Dalam acara tausiyah rutin setiap bulan di kantor, untuk bulan Juni ini, yang mengisi ceramah adalah Ustad Hasyim. Sayangnya saya belum berhasil menggali latar belakang beliau. Karena waktu pelaksanaannya yang dekat dengan masuknya bulan Ramadhan 1436H, maka tema ceramah kali ini berkaitan dengan puasa. 

Beberapa hal yang sempat saya catat dari tausiyah yang disampaikan beliau antara lain :
  1. Nikmat yang paling tinggi dalam hidup manusia adalah nikmat hidup. Itulah mengapa pada saat kita bangun tidur, Rasulullah SAW mengajarkan untuk berdoa, "Alhamdulillahil ladzi ahyana ba’da ma amatana wailaihin nusyur' yang artinya : "Segala puji bagi Allah yang menghidupkan aku kembali setelah mematikan aku dan kepada Allah akan bangkit."
  2. Seorang manusia jika disaat dia bangun dari tidur kebutuhan makannya tercukui, maka dia dianggap sudah menguasai dunia. Artinya dia tinggal mengejar akhiratnya.
  3. Yang dicari dibalik setiap ibadah adalah hikmah atau barokah dari ibadah itu sendiri.
Manusia hidup di dunia ini hanya untuk mencari 2 hal saja :
1. Apa yang bisa menambah pahala, dan
2, Apa yang bisa mengurangi dosa.

Dua hal inilah yang akan dilakukan selama bulan Ramadhan. Selama 1 bulan ini digunakan untuk memperbaiki diri.

Allah SWT akan menggugurkan dosa karena kita berpuasa dengan Iman (Ikhlas karena Allah) dan Ihtisaban (penyerahan diri / menghisab / menghitung). Capeknya puasa itu yang mengugurkan dosa.

Di bulan Ramadhan, amalan sunah dilipatgandakan pahalanya seperti amalan wajib.
Pahala membaca Al Quran sama dengan memahami Al Quran.
Pahala sedekah sama dengan pahala berzakat.

Lailatul Qadar

Pahalanya setara dengan ibadah selama 1000 bulan. Malam Lailatul Qadr biasanya datang pada malam ganjil 10 malam terakhir di bulan Ramadhan. 

Mengapa banyak orang yang tidak tertarik dengan janji Allah? 
Karena dia tidak tahu tujuan hidupnya adalah 2 hal diatas tadi.

Manusia hidup di dunia ini ibarat orang yang akan menyeberang jalan. Hanya sebentar saja.

Persiapan untuk bulan Ramadhan :
1. Fisik
  - untuk menahan lapar dan dahaga
  - untuk shalat malam, terutama pada 10 malam terakhir.
2. Ilmu, buku fiqih, amalan-amalan yang disunahkan.
3. Mental. Mental untuk menjadi ahli surga yaitu orang yang bertaqwa.

Ibaratkan puasa sebagai perlombaan. Santai di awal namun diakhir dikejar untuk mengejar kemenangan. Persiapan mental adalah untuk 1 bulan, bukan 10 hari saja.

10 hari terakhir ini biasanya terganggu oleh tradisi mudik. Tradisi mudik ini sebetulnya adalah kebiasaanYahudi. Untuk mengganggu ibadah umat muslim di 10 hari terakhir Ramadhan.

Monday, July 6, 2015

Kecintaan Kepada Allah dan Rasulullah

Kekuatan cinta dapat kita berikan contoh sebagai berikut :

1.       Seseorang yang selama ini belum memiliki rumah sendiri, masih tinggal di rumah kontrakan, sangat kuat keinginannya untuk memiliki rumah sendiri. Semua energi, daya upaya, pikiran diarahkan bagaimana caranya harus memiliki rumah sendiri.
2.     Seseorang yang selama ini belum memiliki kendaran pribadi, kemana-mana harus naik kendaraan umum, tentulah sangat bercita-cita untuk memiliki kendaraan pribadi. Semua yang dilakukannya dicurahkan pada tujuan untuk memiliki kendaraan pribadi.

Bahkan pada saat keinginannya tercapai, terkadang seseorang mengucapkan, “Rasanya tidak percaya saya akhirnya bisa mewujudkan keinginan saya”.

Atau bisa juga dicontohkan dengan hal-hal yang berhubungan dengan hobi. Seseorang yang sangat senang memancing, rela menghabiskan waktunya berjam-jam bahkan berhari-hari untuk memancing. Sesuatu yang mungkin bagi orang yang tidak hobi akan terasa membosankan. Namun bagi orang yang hobi, semua kekuatan dan perasaannya akan fokus dalam mengerjakan hobinya tersebut. Begitu pula jika seseorang yang hobi dengan batu akik, maka tidak akan mempersoalkan mengenai semua waktu, biaya yang dikeluarkan untuk hobi batu akiknya tersebut.

Contoh-contoh diatas, hanyalah sedikit dari banyak contoh lain, yang menggambarkan, kekuatan dari kecintaan seseorang pada sesuatu benda atau sesuatu hal.
Seharusnya kecintaan seseorang manusia pada Allah dan Rasul-Nya pun harus sama bahkan melebihi kecintaan seseorang pada hal-hal kebendaan atau hobinya tersebut. Sehingga dengan kecintaannya tersebut akan menumbuhkan semangat, kekuatan dimana seseorang manusia akan melakukan  apapun sebagai wujud kecintaannya kepada Allah dan Rasul-Nya.

Seseorang yang mencintai sesuatu, akan patuh dan taat terhadap apa yang telah diatur atau diperintahkan oleh yang dicintainya. Begitu juga dengan manusia, apabila sudah cinta dengan Allah dan Rasul-Nya, maka apapun yang telah diperintah dan dilarang oleh Allah akan dipatuhi, kembali kepada Al Quran dan Sunah Rasullulah, akan membuat hidup manusia tidak terombang-ambing oleh keinginan-keinginan serta nafsu duniawi.

Di dalam Al Quran, Surat Al Baqarah ayat 165 : Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah.

Allah sudah menyampaikan dalam firman-Nya tersebut, bahwa diantara manusia akan ada yang mencintai sesuatu yang lain daripada selain Allah. Namun dalam ayat tersebut juga Allah telah menyatakan bahwa ada orang-orang yang sangat cinta kepada Allah, yaitu orang-orang yang beriman.

Dalam Surat At Taubah ayat 24, Allah SWT berfirman :
Katakanlah: "Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan (dari) berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya." Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik.

Dalam ayat ini pun Allah kembali mengingatkan sekiranya manusia lebih mencintai hal-hal selain daripada Allah, maka orang-orang tersebut masuk ke dalam golongan orang-orang fasik dan Allah akan mendatangkan keputusan-Nya untuk perilaku orang-orang seperti ini.


Demikianlah, sekiranya manusia sadar bahwa apa yang dimilikinya saat ini termasuk kehidupannya adalah milik Allah SWT, tentulah manusia tidak akan menomorduakan bahkan menomor sepuluh kan Allah dalam kehidupannya. Tentulah manusia akan bersegera untuk melaksanakan Shalat jika sudah terdengar azan, tentulah manusia akan memberikan porsi waktunya lebih banyak untuk Allah SWT. Kecintaan kita terhadap Allah sudah seharusnya melebihi semua kecintaan kita terhadap makhluk ataupun benda lain di muka bumi ini.