Sunday, February 15, 2015

Outbond TPA di Pelita Desa, Ciseeng, Bogor

Saat ini, Lala, Athar dan Mia, secara rutin mengikuti kegiatan TPA di Masjid dekat rumah. Dan pada hari Minggu tanggal 15 Februari 2015, sesuai jadwal, mereka mengikuti kegiatan outbond yang diadakan di PKBM Pelita Desa, Jl. H. Miing Rawa Bangsa, Putat Nutug, Ciseeng, Bogor. Antusias mereka untuk mengikuti kegiatan tersebut sudah terasa beberapa hari sebelumnya. Apalagi Athar dan Mia yang belum pernah ikut outbond di alam terbuka. Minggu pagi, anak-anak beserta guru-guru TPA berangkat menggunakan bis menuju ke lokasi outbond.

Dan sesuai rencana, tanpa sepengetahuan anak-anak, saya dan istri menyusul ke lokasi. Dari 3 alternatif jalan menuju lokasi, saya memilih menggunakan jalur tol BSD – Puspitek – Prumpung dengan pertimbangan jarak yang lebih dekat dan diharapkan lebih sepi. Namun ternyata kondisi jalan di daerah BSD dan Puspitek yang masuk ke wilayah kekuasaan ibu Walikota Airin ini banyak yang rusak. Ada beberapa lobang dan kerusakan yang timbul di musim hujan ini tidak segera diperbaiki. Kondisi yang sama dengan jalan di Bintaro tempat saya tinggal. Dan ternyata, semakin lama kerusakan jalan semakin memprihatinkan. Apalagi ketika memasuki wilayah Kabupaten Bogor, kondisi jalan malah semakin parah. Jalan yang hancur menjadi kubangan lumpur karena musim hujan. Dan kerusakan terjadi di sepanjang jalan. Saya tidak mengerti, mengapa kerusakan jalan seperti dibiarkan begitu saja oleh pemerintah kabupaten Bogor.

Beberapa tahun yang lalu, saya pernah melintasi jalan ini, dan kondisinya pun juga sama. Mungkin ketakutan terhadap KPK, membuat para pejabat begitu berhati-hati dalam pengucuran anggaran untuk perbaikan infrastruktur. Tapi kalau memang benar dan tidak ada niat jahat, kenapa harus takut. Yang jadi masalah adalah karena mental sebagian besar pejabat Dinas PU sampai ke Kepala Daerahnya berusaha mengambil bagian dari anggaran proyek-proyek yang dikucurkan.

Setelah menempuh perjalan sekitar 1 jam 30 menit, akhirnya kami sampai di lokasi. Ternyata di lokasi tersebut banyak kelompok-kelompok baik dari sekolah maupun perusahaan yang mengadakan kegiatan outbond di sana. Di lahan seluas sekitar 2,5 ha yang didominasi oleh kolam buatan, disediakan permainan seperti flying fox, menanam padi, memerah susu sapi, menumbuk padi, menangkap ikan, meniti tali, tarik tambang, mengeluarkan ban dari tiang, mengisi air ke dalam pipa paralon. Anak-anak juga mendapat penjelasan seperti manfaat susu sapi, manfaat dari kotoran sapi untuk pupuk dan biogas. Singkatnya disini, mereka bermain sambil belajar. Dan bermain disini berarti harus siap basah.

Dari raut wajahnya, anak-anak terlihat senang sekali dengan aktivitas outbond ini. Bahkan Mia beberapa kali menyatakan ingin pergi outbond lagi dengan teman-temannya.  Kegiatan seperti ini bisa menjadi pilihan bagi sekolah-sekolah selain field trip ke Kidzania, Taman Mini, atau Bandung dan bahkan ada sekolah yang field tripnya ke luar negeri.


Setelah selesai mandi, anak-anak disediakan makan siang. Kemudian dilanjutkan shalat zuhur, dan kami langsung pulang kembali ke Jakarta. Rute pulang kali ini saya memilih untuk melalui Jalan Raya Parung - Ciputat dengan pertimbangan kondisi jalan yang jauh lebih baik dibandingkan lewat jalur prumpung – Puspitek BSD.

Saturday, February 14, 2015

Mr. TS

Alhamdulillah.. hari ini bertambah lagi teman saat saya dikenalkan dengan seorang pria disini kita sebut saja Mr. TS. Mr. TS ini usianya sekitar 49 – 50 tahun. Beliau ini tercatat sebagai karyawan di perusahaan multifinance di Jakarta. Yang membuat kagum adalah, disamping sebagai karyawan, Ybs juga memiliki usaha sebuah bengkel, salon dan cucian mobil di daerah BSD, Tangsel yang hingga saat ini sudah berjalan 10 tahun. 

Mr. TS ini menceritakan motivasinya berwirausaha karena beliau sadar jika terus-menerus menjadi karyawan maka tidak akan mungkin bisa memiliki tingkat kehidupan yang jauh lebih baik. Selain itu, pengalaman beliau selama menempuh perjalanan dari rumah di BSD ke kantor di Jakarta dan sebaliknya dengan memanfaatkan angkutan umum seperti kereta dan bis membuatnya sering melihat ada bapak-bapak yang usianya sudah tua, masih harus pergi kerja setiap hari. Hingga dia membatin, saya tidak mau dimasa tua saya seperti Bapak ini. 

Ide mendirikan bengkel ini muncul karena waktu itu Ybs memiliki mobil yang dibeli seken. Seringkali mobil harus keluar masuk bengkel untuk diperbaiki. Akhirnya dicobalah untuk mengajak salah seorang montir bekerja sama mengelola usaha bengkel. Pada awalnya usaha ini tidak langsung berjalan mulus, dimana jatuh bangun sudah pernah dirasakan seperti mekanik yang dibajak oleh bengkel lain. Namun Mr TS ini menyampaikan bahwa solusi dari semua masalah adalah dengan berdoa, pasrahkan semua kepada Allah SWT. Akhirnya semua masalah dapat diatasi. 

Untuk itu Ybs menyarankan untuk mulai membuka usaha. Bisa dimulai dari usaha franchise. Beliau memberikan banyak contoh orang yang tadinya karyawan seperti ada salah satu rekan yang saat ini memiliki usaha di bidang logistic di perusahaan oil and gas, sebelumnya ada seorang guru lulusan IKIP. Memang tidak mudah untuk keluar dari zona nyaman seorang karyawan. Namun beliau berkata harus dimulai dari sekarang. Senangnya bertemu dengan orang-orang soleh yang sukses.