Kejadian kedua yang saya alami di Food Court Thamrin City, di meja sebelah kanan meja kami, datang seorang Bapak dan seorang anak perempuannya yang berumur sekitar 5 tahun.
Setelah selesai makan, mungkin karena kebiasaan, si Bapak ini langsung saja mengeluarkan rokok dan menyalakan rokoknya. Padahal area food court tersebut adalah ruangan tertutup dengan AC. Tidak hanya itu, tulisan Daerah ini Kawasan Dilarang Merokok terpampang jelas di dinding.
Asap rokok itu terbang ke meja tempat saya dan anak-anak duduk. Bukan hanya itu, di meja sebelah depan saya pun ada seorang bayi yang ikut "menikmati asap rokok dari si bapak tersebut.
Anak saya protes berteriak tidak tahan dengan bau asap rokok tersebut. Saya menatap ke arah si Bapak tersebut sambil berkata kepada anak saya, "Bahwa mungkin Bapak ini tidak bisa membaca dan tidak pernah belajar tata krama, sehingga tidak perduli dengan lingkungan sekitarnya." Si bapak tetap saja tidak mematikan rokok dan tidak juga memandang ke arah saya yang terus menatap ke arah dia.
Saya hanya membatin dan berdoa kepada Allah agar si bapak ini diberikan kesadaran akan bahaya merokok bagi diri sendiri dan orang lain. Amin.
Namun ternyata, si bapak ini cuek saja dan terus merokok. dia tidak sadar bahwa dia telah menzhalimi orang lain. Saya berkesimpulan bahwa bapak ini selain tidak mengerti tata krama juga seorang yang pengecut.
Teman-teman, saya juga terkadang merokok untuk keperluan pergaulan. Namun, saya tidak akan merokok di depan anak-anak apalagi anak saya sendiri. Karena merokok di depan anak-anak adalah iklan merokok yang paling efektif untuk mengubah generasi muda kita menjadi generasi perokok.
Alangkah senang para pemilik perusahaan rokok, setelah kita membayar untuk membeli rokok mereka, kita pun ikut mengiklankan secara gratis untuk mengajak generasi muda membeli dan menjadi perokok.
Inilah buah dari amburadulnya dunia pendidikan nasional. Sehingga kebanyakan orang Indonesia tumbuh menjadi karakter yang egois, tidak perduli dengan lingkungan sekitar, bersenang-senang diatas penderitaan orang lain.
Mari kita perbaiki ini, mulai dari diri kita sendiri dan keluarga kita.
No comments:
Post a Comment